Kerja Sama Tim
- By admin
- January 22, 2022
- Kebenaran Bukan Pembenaran
Seorang striker sepakbola memerlukan dukungan pemain lain untuk mencetak gol. Tanpa umpan bola dari temannya itu tidak akan ada gol. Dalam setiap tim dibutuhkan orang-orang yang tidak mementingkan diri sendiri, dan memberi kesempatan pada munculnya seorang pahlawan. Fokus tertuju pada target dan tujuan bersama, bukan pribadi.
Dari alam kita bisa belajar bagaimana lebah atau semut bekerja sama sebagai sebuah tim yang kompak. Sigalowada-sutta mengemukakan petunjuk agar orang-orang bekerja seperti lebah yang mengumpulkan madu, dan semut yang membangun sarangnya (D. III, 188). Kerja sama tim yang baik bagai sebuah orkes simfoni yang harmoni, sekalipun tanpa dirigen.
Bersama Kita Bisa
Henry Ford pernah berkata, “Datang bersama-sama adalah sebuah permulaan, menjaga kebersamaan adalah kemajuan, dan bekerja bersama-sama adalah keberhasilan.” Pendiri Ford Motor Company ini mengadopsi teori reinkarnasi, percaya bahwa bakat merupakan buah dari pengalaman panjang melalui banyak kehidupan. Dia adalah seorang penemu produktif dari 161 paten. Dunia kagum dengan “Fordisme”, yaitu, produksi massal sejumlah besar mobil murah menggunakan jalur perakitan, digabungkan dengan gaji tinggi untuk para pekerja. Tentunya, ia sukses karena memanfaatkan kerja sama tim.
Bagi masyarakat Indonesia yang memiliki budaya gotong-rotong, kerja sama tim bukan suatu yang asing. Namun tradisi ini kelihatannya sudah tergerus oleh zaman yang semakin mempertebal individualitas dan keakuan. Tidak susah untuk mencari jawaban atas pertanyaan, kenapa “Gerakan Disiplin Nasional”, ”Kesetiakawanan Sosial”, dan ”Aku Cinta Produk Indonesia” tidak berhasil membudaya.
Di tahun 2004, pada kampanye pilpres kita diperkenalkan dengan sebuah jargon: “Bersama Kita Bisa”. Persoalannya, siapa yang disebut kita? Bersama untuk apa, dan bisa apa? Apa kita itu seluruh komponen bangsa? Bersama-sama bekerja mencapai kesejahteraan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat? Ketika hanya sebatas hadir bersama, bicara bersama, namun memperjuangkan kepentingan golongan sendiri, menjaga kebersamaan saja sulit dilakukan. Padahal keberhasilan hanya bisa diraih dengan bekerja bersama-sama memberdayakan semua potensi, bersatu fokus pada tujuan bersama.
Suksesnya penyelenggaraan SEA Games XXVI baru-baru ini menunjukkan keberhasilan dari semua pihak yang menyatu bekerja sama. Bersama kita bisa dalam waktu singkat menyediakan dana, infrastruktur,dan pelayanannya untuk sebuah pesta yang spektakuler, sekaligus juga mengukir prestasi. Kita acungkan jempol kepada para atlet dan semua timnya yang berhasil menjadi juara umum dan mengharumkan nama bangsa.
Ada banyak tim nasional di luar bidang olah-raga. Kabinet adalah sebuah tim, begitu juga KPK dan berbagai komisi lain. Atau tim penanggulangan bencana alam dan rehabilitasi daerah bencana, pembangunan daerah tertinggal, pembangunan rumah rakyat, penanggulangan kemiskinan, termasuk penyediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan. Tim-tim nasional ini hadir dengan tugas membuktikan bersama kita bisa sukses dalam bidang yang bersangkutan. Kalau tidak, apa kita bisanya hanya pesta saja?
Memberi yang Terbaik
Manusia eksis dalam suatu relasi, selalu ada interaksi dan saling bergantung dengan pihak lain. Tidak hidup sendiri, juga tidak bekerja sendiri. Kemampuan dan kekuatan terkait dengan kebersatuan. Sebatang lidi yang terpisah sendiri mudah sekali dipatahkan. Lain halnya dengan sejumlah besar lidi yang diikat menjadi satu. Kita yang lemah sendiri-sendiri, menjadi kuat bila bersatu.
Bersatu dan bekerja sama membuat setiap orang mencapai hasil yang lebih banyak dan lebih baik dalam kerangka tujuan bersama. Tim rusak kalau kehilangan harmoni, biasanya karena egoisme dan oportunisme. Jika kita menginginkan hubungan yang baik dengan rekan kerja, ikuti petunjuk Buddha yang dikumpulkan oleh Franz Metcalf dan BJ Gallagher Hateley (2001) dalam buku What Would Buddha Do at Work?
Kita bekerja melalui hubungan. Kita saling terkait sekalipun dengan lawan. Cintailah orang yang tidak kita senangi. Ini pembelajaran yang berat. Kita dianjurkan memberi kepada orang lain walau kita sedang kekurangan. Tidak menghindari pekerjaan yang berat yang perlu dikerjakan, dan menghadapi kesulitan tanpa mengeluh. Jangan menunda-nunda pekerjaan.
Selain kompetensi, kita mesti memiliki karakter agar bisa memengaruhi orang lain. Jujur, bersedia mengakui kesalahan, dan mintalah pertolongan. Sebaliknya bantulah orang yang memerlukan pertolongan, setia kepada mereka yang mengalami kesulitan. Jagalah baik-baik rahasia yang dipercayakan oleh orang lain. Jangan menggunakan standar ganda, jika kita mengharapkan semua ini dari orang lain, kita harus mulai dulu dengan memberikannya kepada mereka.
Sinergi akan tercapai dengan adanya pembagian tugas dan fungsi yang tepat, saling mendukung dan saling melengkapi. Tentu saja harus saling menghormati, saling percaya, punya komitmen dan tanggungjawab pribadi untuk memberikan yang terbaik. Tanggung jawab membuat setiap orang mau memperbaiki diri berdasar kesadarannya sendiri, bukan karena perintah.
Jakarta, November 2011