Ibu-ibu Tahun 2000
- By admin
- June 4, 2022
- Keselamatan di Bumi
Banyak orang lebih senang mendengar suara wanita dalam telepon sebagai sinyal tanda nada sibuk. Suara yang merdu tentu. Gambar wanita banyak terpampang pada papan reklame, iklan, kalender, dan cover majalah. Apalagi kalau bukan karena punya daya tarik. Wajar saja kalau orang tertarik pada sesuatu yang cantik atau indah. Namun daya tarik itu mudah disalahgunakan. Seorang perempuan salah-salah menjadi obyek yang direndahkan.
Manakala seorang wanita mendapatkan keasyikan yang sangat, terangsang oleh kewanitaannya, ia ingin menonjolkan kelebihan itu, yang mendorong ketertarikannya pada lawan jenis.[1] Ia butuh perhatian, pengakuan, dan kekaguman laki-laki, apakah itu mengenai suaranya, wajah dan penampilan yang mempesona, cara berpakaian atau mengenai kedudukan dan pekerjaannya yang tak lepas dari segala perasaan dan cara berpikir khas wanita.
Bisa saja wanita memuja kekuatan otot atau jasmani dan segala ciri keperkasaan laki-laki. Kalau pun memiliki keperkasaan itu, seperti yang telah kita kenal, ada pegulat dan lifter wanita, ia masih terbelenggu pada kebutuhan akan perhatian dan kekaguman dari lawan jenisnya. Wanita yang merasa bangga dengan tubuhnya berani mengenakan pakaian minim di muka umum. Wanita yang membutuhkan popularitas tidak merasa salah mengorbankan harga dirinya. Yang ingin hidup mudah atau yang punya kesulitan ekonomi (ini sering menjadi alasan) mungkin menjual tubuhnya. Sangat beralasan kalau Buddha mengajarkan untuk menghindari rangsangan dan membuang keinginan menarik perhatian lawan jenis. Ambapali atau Vimala misalnya, setelah mendapat petunjuk Buddha, tidak lagi menjerat laki-laki untuk membuktikan kewanitaan dan daya tariknya.
Sebuah bendera pada kereta perang menunjukkan misi
Adanya asap mengingatkan api
Seorang raja menjadi lambang nyata suatu bangsa
Seorang suami memberi pertanda bagaimana istrinya.[2]
Kesan kita tentang seseorang, sedikit banyak memberi gambaran bagaimana pasangan hidupnya. Penilaian semacam ini tidak terlalu tepat, tetapi betul suami istri lazimnya saling mempengaruhi.
Ibu-ibu tahun 2000 adalah gadis-gadis sekarang ini. Bagaimana tingkah laku dan pola hidup mereka sekarang bisa memberi gambaran tentang ibu-ibu yang memasuki abad ke-21. Mereka itu antara lain adalah gadis-gadis penggemar si Boy yang filmnya mendapat sambutan hangat. Gaya hidup si Boy merupakan bagian dari anak-anak muda yang suka mangkal di disko dan tempat hura-hura lain.
Tentu saja mesti punya kantung tebal atau paling tidak terbawa teman sepergaulan yang kaya. Anak muda yang pamer kekayaan dan punya penampilan menarik tidak sukar ditemukan. Tetapi bagaimana dengan jiwa yang bersih dan pikiran yang jernih?
Boy yang tampan dan perkasa itu dikagumi tidak hanya karena kaya, tetapi ia pun taat sembahyang dan terbilang pintar. Pria semacam ini memberi kesan kepada kita akan memiliki istri yang saleh dan tidak bodoh. Ia tentu menghendaki wanita yang taat beragama dan berpengetahuan cukup yang menjadi ibu dari anak-anaknya. Kecantikan baginya hanya berharga kalau diikuti kecerdasan dan kesucian.
Suatu angket majalah di luar negeri dengan responden 10.000 orang laki-laki mengungkapkan bahwa wanita idola tahun 2000 terutama adalah wanita yang cerdas. Kecantikan tidak lagi yang diutamakan. Di tengah perkembangan ilmu dan teknologi, di antara orang-orang yang pandai yang semakin banyak, hanya mereka yang cerdas yang kuat menghadapi segala tantangan. Laki-laki memerlukan pasangan yang pintar untuk mengatasi permasalahan dan memenangkan persaingan.
Buddha setuju, bukan baru untuk tahun 2000 itu, tetapi sudah sejak zaman dahulu kala. Kepintaran dan kecerdasan tidak mengenal perbedaan jenis kelamin. Wanita idola (begitu pula pria), seharusnya adalah orang yang memiliki kemuliaan. Kemuliaan itu lebih ditentukan oleh perbuatan, kemampuan termasuk kepintaran yang dicapai seseorang, bukan oleh perbedaan yang timbul karena kelahiran. Wanita yang dimuliakan terutama adalah wanita yang memiliki pikiran yang tajam, pikiran yang sehat dan bersih. Pikiran ini yang mempengaruhi sikap dan perilakunya.
“Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, segala sesuatu dibentuk oleh pikiran.” Demikian dinyatakan dalam ayat pertama kitab Dhammapada. Kitab ini berisi sabda-sabda Buddha yang dicuplik dari khotbahnya yang tersebar dalam tiga keranjang kitab suci (Tipitaka). Jelas pikiran dan kecerdasan atau kemampuan yang terkait pada pikiran sangat diutamakan dalam ajaran Buddha.
Apa di tahun 2000 semua orang bisa kaya, atau masih ditemukan kesenjangan antara kaya dan miskin. Pikiran yang sehat saja yang menaruh peduli pada pengendalian, keserasian, dan kesetiakawanan sosial. Untuk itu kita tentu tidak perlu menunggu tahun 2000.
21 Desember 1988
[1] Anguttara Nikaya VII, 5 : 48
[2] Samyutta Nikaya I, 8 : 3