Banci
- By admin
- March 30, 2022
- Belajar Menjadi Bijaksana
Segala sesuatu di dunia ini ditandai polaritas, ada siang dan malam, terang dan gelap, panas dan dingin, jantan dan betina, dan sebagainya. Makhluk di dunia terbagi dua: lelaki dan perempuan, tidak ada jenis kelamin yang ketiga. Cuma di atas panggung teater, manusia yang tidak masuk dalam kelompok lelaki atau perempuan, boleh sah diakui sebagai jenis kelamin yang ketiga.
Buddha menahbiskan orang laki-laki menjadi biksu dan orang perempuan menjadi biksuni. Tidak ada tempat untuk banci. Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi rahib Buddha antara lain adalah kesempurnaan fisik, sehat jasmani dan rohani, dewasa (tepatnya berusia di atas 20 tahun sejak saat pembuahan), tidak terlibat perbuatan kriminal, dan tidak memiliki hutang. Fisik yang sempurna dan sehat tidak cacat, tidak mengidap penyakit, terutama penyakit infeksi dan penyakit kronis yang akan mengganggu pekerjaannya. Orang banci atau orang kebiri digolongkan cacat, sehingga tidak dapat ditahbiskan.
Bisa saja banci itu bersifat hermaphroditisme yang sekaligus berkelamin laki-laki juga perempuan atau pseudohermaphroditisme. Namun pada umumnya banci adalah lelaki yang bertingkah laku sebagai perempuan dan sebaliknya. Wadam (wanita adam) atau waria (wanita pria) kebanyakan tidak berkelamin ganda. Sejak 1978 tercatat sedikitnya 12 orang lelaki yang menjalani operasi ubah kelamin di RS Dr Soetomo Surabaya, tapi tidak seorang pun di antaranya yang menunjukkan kelainan hermaphrodit atau berkelamin ganda. Operasi dilakukan terutama karena adanya kelainan perilaku, bukan semata-mata atas indikasi adanya kelainan fisik pada organ kelamin.
Banci lebih banyak ditentukan oleh faktor psikis daripada fisik. Menurut Brown, banci adalah sex role invert, yang dimaksudkan dengan istilah ini adalah seseorang bertubuh fisik dan berjenis kelamin tertentu tetapi berkepribadian sebagai jenis kelamin yang berlawanan. Hirschfeld memakai istilah transvestisme. Trans berarti berlawanan dan vestitus berarti pakaian. Salah satu tingkah banci memang berpakaian sebagai lawan jenisnya. Lebih dari soal berbusana, dalam segala hal banci berkeinginan dan membawa diri menyerupai lawan jenisnya. Transvestit laki-laki yang terkenal adalah Caligula. Sedangkan Chevalier d’Eon de Beaumont, diploma bawahan Louis XV adalah seorang wanita yang selama hidupnya dikenal sebagai seorang pria.
Banci yang ditemukan sehari-hari adalah lelaki yang menyaru menjadi perempuan. Maka, dalam dagelan yang diangkat ke panggung oleh sebuah grup teater belum lama ini, banci munafik tampil memakai rok dan banci jujur memakai pantalon. Bagaimana pun banci transvestite tidak dapat mengingkari jenis kelamin menurut anatomi dan biologi. Apa yang dihayati secara psikologis tidak meniadakan fakta yang secara fisik dimilikinya. Laki-laki mengaku perempuan, apalagi kalau bukan dusta.
Dorongan keinginan yang kuat untuk menjadi wanita, tidak saja dapat dipenuhi dengan berpakaian sebagai wanita dan melaksanakan pekerjaan wanita, tetapi lebih jauh lagi hingga menjalani operasi ubah kelamin menjadi wanita. Apa yang dinikmati dari segi psikologis ingin dialami pula dengan bentuk fisik anatomik dan biologik. Bahkan mengangan-angankan hamil. Dalam hal ini banci menjadi tidak banci, tegas ingin memiliki jenis kelamin yang tepat untuk dirinya.
Namun Buddha mengingatkan: “Jasmani ini terbuat dari tulang-tulang yang ditutup daging dan darah. Di situ tempatnya kelapukan dan kematian, kesombongan dan kepalsuan,”[1]
[1] Dhammapada 150