Efisien dan Efektif
- By admin
- January 22, 2022
- Kebenaran Bukan Pembenaran
Tragedi Sukhoi Superjet 100 menambah panjang daftar kecelakaan penerbangan. Selama ini pertumbuhan bisnis penerbangan Indonesia yang pesat tidak diimbangi dengan perbaikan pelayanan dan jaminan keselamatan bagi penumpang. Ada banyak penyebab kecelakaan pesawat. Pengawasan dan pengendalian manajemen penerbangan pun dipertanyakan.
Tarif yang rendah berhasil membuat siapa pun ingin dan bisa terbang. Maskapai penerbangan menawarkan tiket murah justru dengan tujuan komersial. Keuntungan hanya akan diperoleh dengan menjalankan bisnis secara efisien dan efektif. Penghematan tentunya tidak boleh sampai mengabaikan standar penerbangan.
Prinsip Efisiensi
Dalam pengertian sehari-hari, efisiensi merupakan ketepatan cara yang tidak membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya. Polanya sangat rasional, dengan menggunakan sumber daya yang minimal dapat diperoleh hasil yang memuaskan. Daya-guna selalu dihubungkan dengan hasil-guna. Efisien seharusnya juga efektif. Efektif berhasil melakukan tugas yang benar, sekaligus efisien memakai cara yang benar.
Sering kali efisiensi baru mendapatkan perhatian ketika sebuah perusahaan ataupun negara menghadapi krisis keuangan. Untuk mengatasi defisit anggaran, pemerintah mana saja menyadari pentingnya efisiensi. Efisiensi menjadi sebuah kebutuhan, namun tidak semua orang menyukainya. Bisa saja apa yang efisien belum tentu efektif, begitu juga sebaliknya.
Beberapa negara yang menghadapi krisis ekonomi tidak hanya mengurangi belanja pemerintah, melainkan juga memangkas gaji dan tunjangan jaminan sosial. Langkah penghematan semacam ini menimbulkan gelombang demonstrasi yang sampai-sampai mengakibatkan tumbangnya pemerintahan.
Gaji terkait dengan semangat kerja dan produktivitas. Maskapai penerbangan misalnya tidak bisa mengabaikan kesejahteraan pilot demi efisiensi. Dalam konteks yang luas, gaji memengaruhi daya beli masyarakat. Jika permintaan barang dan jasa menurun, pabrik atau perusahaan akan mengurangi kapasitas produksi, hingga terpaksa melakukan PHK.
Efisiensi dan peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki prosedur kerja, menambah sarana dan alat, atau mendayagunakan teknologi. Ketika efisiensi di kemudian hari yang menjadi pertimbangan, memang masuk akal kalau pemerintah membeli pesawat kepresidenan. Biaya menyewa mestinya jauh lebih mahal.
Di sisi lain, inefisiensi akan menimbulkan kebangkrutan. Birokrasi yang gemuk dan korup tumbuh subur ketika efisiensi diabaikan. Banyak terjadi penggelembungan belanja negara dan manipulasi anggaran, termasuk dana perjalanan dinas. Rakyat pasti menolak pemborosan seperti halnya renovasi ruang rapat dan toilet di gedung DPR yang menghabiskan biaya sangat besar.
Penggunaan Sumber Daya
Sebuah sistem yang efisien akan memberi hasil lebih banyak tanpa menambah masukan sumber daya. Kualitas kehidupan dan pekerjaan tidak diukur dari besarnya konsumsi dalam waktu tertentu. Apa yang ditunjukkan oleh Buddha dan para biksu adalah bagaimana memaksimumkan kepuasan manusia dengan pola konsumsi yang minimal.
Sebagai contoh, bagaimana mempraktikkan cara hidup yang hemat dapat dilihat dari sikap Biksu Ananda. Siswa Buddha yang terkemuka ini menerima hadiah sebanyak lima ratus jubah dari selir Raja Udena. Sang raja semula merasa kecewa dan mengecam Ananda, apakah Petapa Ananda akan berdagang pakaian? Ia menemui Ananda dan menanyakan apa yang akan diperbuat oleh biksu tersebut dengan jubah sebanyak itu.
Ananda menjawab bahwa jubah itu akan dibagikan kepada para biksu yang sudah usang jubahnya. Raja bertanya pula, apa yang akan dilakukannya dengan semua jubah yang telah usang. Ananda menjelaskan bahwa jubah tua dapat dipergunakan sebagai jubah luar. Lalu bagaimana dengan bekas jubah luar? Jubah luar yang lama dibuat menjadi penutup kasur. Penutup kasur yang lama dibuat menjadi penutup lantai. Penutup lantai yang lama dibuat menjadi penyeka kaki. Penyeka kaki yang lama dibuat menjadi kain pel. Kain pel bekas disobek-sobek dan diaduk dengan tanah menjadi plesteran lantai. Raja Udena pun merasa puas dengan jawaban Ananda dan menghadiahkannya lima ratus jubah lagi (Vin. II, 291-292)
Menurut E. F. Schumacher, tujuan berpakaian dapat dicapai secara efisien. Misalnya sesedikit mungkin membuang bahan, menghindari bahan yang tidak tahan lama, tidak menghamburkan biaya dan tenaga untuk model yang rumit. Sederhana bukan berarti mengabaikan keindahan. Buddha memuji Ananda yang membuat bermacam-macam kelim jahitan untuk jubah biksu, namun tidak berlebihan (Vin. I, 287).
Pemikiran semacam ini juga berlaku untuk makanan dan pemakaian air, yang bahkan berupa sisa sekalipun, pantang disia-siakan. Berbagai sumber daya alam yang tak dapat dipulihkan boleh dipakai jika sungguh-sungguh diperlukan, dan harus dengan sangat hemat. Ketika cadangan minyak bumi semakin berkurang, konsumsi yang boros harus ditinggalkan. Orang yang hemat menggunakan sumber daya adalah orang yang hidup secara bertanggung jawab.
Jakarta, Mei 2012