Pelajaran dari Tibet
- By admin
- April 22, 2022
- Berebut Kerja Berebut Surga
Manakala burung-burung besi terbang dan kuda-kuda berlari di atas roda, rakyat Tibet akan terserak bagaikan semut ke seluruh dunia dan Dharma akan sampai ke tanah orang-orang kulit merah, demikian ramalan Padmasambhava. Ia adalah orang suci di abad kedelapan. Guru pertama yang menyebarkan agama Buddha di Tibet. Burung besi terbang dan kuda berlari di atas roda rupanya adalah pesawat terbang dan mobil.
Ketika Tibet yang terasing mulai mengenal sarana transportasi modern itu, Cina melakukan invasi dan menindas kehidupan beragama di sana. Dalai Lama dan para pengikutnya terpaksa meninggalkan tanah air mereka. Para pengungsi Tibet menyebar ke segala penjuru dan membuat agamanya dengan cepat menjadi populer di seluruh dunia. Penyebaran agama Buddha yang menyertai peristiwa migrasi ini tidaklah meniadakan apa yang pernah dikemukakan oleh Harold Coward bahwa penyebaran agama Buddha dicapai lebih banyak melalui penyebaran gagasan ketimbang migrasi orang.
Menurut Vicki Mackenzie, minat orang-orang Barat yang meluap pada semua aliran agama Buddha menandakan ajaran yang sudah berusia dua setengah abad itu masih menawarkan banyak hal yang bermakna bagi dunia manusia modern. Ajaran Buddha tidak mungkin berubah. Para lama atau biksu mulai menerobos pola-pola tradisional, dengan metode penyampaian yang tepat menjadikannya sangat relevan bagi kehidupan dan situasi masa kini. Masyarakat modern yang sungguh maju dalam bidang intelektual mudah menerima ajaran Buddha. Yang kurang adalah pengalaman yang harus diperoleh melalui latihan disiplin dan meditasi. Di mana-mana berdiri pusat agama Buddha tempat pengasingan untuk bermeditasi. Pengasingan itu diperlukan untuk melatih diri, bukan untuk melarikan diri.
Hidup seorang siswa Buddha yang menyempurnakan kebajikan dan mengejar Penerangan Sempurna seharusnya dipergunakan untuk orang lain. Ia tidak akan menolak siapa saja yang memerlukan bantuannya. Sebagai pengungsi, para lama Tibet kehilangan negara, rumah, keluarga, dan harta kekayaan. Hanya Dharma yang dimilikinya. Dharma yang diajarkan oleh Buddha merupakan kekayaan yang tiada terhingga nilainya, yang menjadikan hidup mereka tidak sia-sia. Sudah banyak siswa Buddha yang mengabdikan dirinya di Barat. Bahkan diakui adanya sejumlah orang Barat yang menjadi reinkarnasi Lama, biksu Tibet. Ada yang ditemukan di Amerika Serikat, Selandia Baru, Prancis, dan lain-lain. Salah satu di antaranya yang termasyhur adalah seorang anak Spanyol yang bernama Osel. Anak ini diakui sebagai reinkarnasi dari Lama Thubten Yeshe yang wafat pada tahun 1984. Mackenzie memaparkan kasus reinkarnasi yang menakjubkan tersebut. (Bukunya dalam terjemahan bahasa Indonesia: Reinkarnasi, Misteri Bocah Spanyol Bernama Osel baru saja beredar).
Lama Yeshe mulanya menjalani kehidupan yang terasing namun membahagiakan, bersama lebih dari sepuluh ribu biksu di Sera. Ia pergi meninggalkan Tibet yang diserbu oleh tentara Cina. Sebagaimana pengungsi lain ia mesti belajar untuk menghadapi dunia luar. Itulah kesempatan untuk menguji Dharma. Pada tahun 1965 Zina Rachevsky yang dibesarkan di Holywood mencarinya dan sejak itu banyak orang-orang Barat yang menjadi pengikutnya.
Seorang murid membutuhkan nasihat dan petunjuk guru, lalu selanjutnya harus bersandar pada diri masing-masing. Maka mereka diarahkan untuk selalu menjadi diri mereka sendiri. Setiap orang pada dasarnya memiliki sifat dasar Buddha dan berpotensi untuk menjadi Buddha. Lama Yeshe berkata, “Semua kebudayaan yang telah mengenal ajaran-ajaran Buddha mewarnai agama Buddha dengan cara masing-masing. Artinya Dunia Barat akan menciptakan Buddha-buddha Barat.” Ia merasa perlu untuk mengembangkan agama Buddha gaya Barat bagi orang Barat. Belajar dari Tibet tidak berarti menjadi orang Tibet. Untuk mengintegrasikan ajaran Buddha dalam kehidupan orang Barat sehari-hari, Lama Yeshe berusaha mengenal dengan baik segala kebiasaan orang Barat. Ketika sakit ia pun memilih untuk dirawat secara modern hingga saatnya meninggal dunia di tengah-tengah muridnya di California. Tidaklah mengherankan kalau kemudian ia dinyatakan lahir kembali sebagai seorang anak Eropa.
Ajaran seorang guru bukan kata-kata yang keluar dari mulutnya, melainkan juga apa yang tetap tidak terkatakan karena yang tidak terucapkan ini jauh melampaui jangkauan kemampuan perkataan manusia. Guru adalah pemberi ilham, dalam arti mendorong seseorang dengan semangat hidupnya sendiri. Guru memberikan pengetahuan, tetapi sekaligus pula ia memberikan dirinya sendiri, ujar Lama Govinda, seorang Jerman, dalam The Way of the White Clouds.
Lama Yeshe telah memberikan dirinya sendiri. Reinkarnasinya, anak yang bernama Osel itu, dipandang melanjutkan pekerjaan besar sang lama. Ia akan merupakan orang Barat yang secara wajar menguasai kebijaksanaan Timur.
18 Juli 1990