Buku

Raja Asoka dikenal juga sebagai raja pecandu perang. Beliau ditakuti akan kekejaman dan kesadisannya sehingga burung-burung pun tidak berani terbang di dekatnya. Setelah mengenal Buddhadhamma, Raja Asoka berubah menjadi seorang raja yang arif dan bijaksana. Bahkan beliau juga menjadi “Raja Penyebar Dhamma” sejati, seorang raja yang memimpin bukan dengan kekuatan senjata, melainkan dengan Buddhadhamma.

Anda juga dapat membantu penyebaran buku-buku Dharma dengan berdana melalui rekening:
BCA KCP Cideng Barat
No. 397 301 9828
an. Yayasan Triyanavardhana Indonesia

Raja Asoka dikenal juga sebagai raja pecandu perang. Beliau ditakuti akan kekejaman dan kesadisannya sehingga burung-burung pun tidak berani terbang di dekatnya. Setelah mengenal Buddhadhamma, Raja Asoka berubah menjadi seorang raja yang arif dan bijaksana. Bahkan beliau juga menjadi “Raja Penyebar Dhamma” sejati, seorang raja yang memimpin bukan dengan kekuatan senjata, melainkan dengan Buddhadhamma.

Anda juga dapat membantu penyebaran buku-buku Dharma dengan berdana melalui rekening:
BCA KCP Cideng Barat
No. 397 301 9828
an. Yayasan Triyanavardhana Indonesia

Raja Asoka dikenal juga sebagai raja pecandu perang. Beliau ditakuti akan kekejaman dan kesadisannya sehingga burung-burung pun tidak berani terbang di dekatnya. Setelah mengenal Buddhadhamma, Raja Asoka berubah menjadi seorang raja yang arif dan bijaksana. Bahkan beliau juga menjadi “Raja Penyebar Dhamma” sejati, seorang raja yang memimpin bukan dengan kekuatan senjata, melainkan dengan Buddhadhamma.

Anda juga dapat membantu penyebaran buku-buku Dharma dengan berdana melalui rekening:
BCA KCP Cideng Barat
No. 397 301 9828
an. Yayasan Triyanavardhana Indonesia

Raja Asoka dikenal juga sebagai raja pecandu perang. Beliau ditakuti akan kekejaman dan kesadisannya sehingga burung-burung pun tidak berani terbang di dekatnya. Setelah mengenal Buddhadhamma, Raja Asoka berubah menjadi seorang raja yang arif dan bijaksana. Bahkan beliau juga menjadi “Raja Penyebar Dhamma” sejati, seorang raja yang memimpin bukan dengan kekuatan senjata, melainkan dengan Buddhadhamma.

Anda juga dapat membantu penyebaran buku-buku Dharma dengan berdana melalui rekening:
BCA KCP Cideng Barat
No. 397 301 9828
an. Yayasan Triyanavardhana Indonesia

Di sebuah desa di tepi hutan, hiduplah seorang laki-laki miskin bersama istri dan dua anaknya. Ketika laki-laki tersebut sakit parah dan meninggal, pada malam itu, kedua anaknya bermimpi tentang ayah mereka yang memberi pesan misterius bahwa ia akan kembali dalam bentuk berbeda untuk membantu mereka. Tak lama kemudian, seekor angsa putih besar dengan mata dan paruh berwarna emas muncul, mengungkapkan dirinya sebagai reinkarnasi dari ayah mereka. Angsa tersebut membolehkan anak-anak untuk mencabut sehelai bulu setiap hari, yang kemudian berubah menjadi emas saat terkena matahari. Dengan emas ini, keluarga mereka bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Janji kita terhadap hidup ini ialah sekarang

Hidup terdiri atas momen-momen. Momen-momen adalah yang kita miliki. Dapatkah Anda hidup dalam setiap momen?

Dapatkah Anda benar-benar hidup, mengisi masing-masing dan setiap momen secara mendalam?

Dapatkah Anda meninggalkan setiap momen yang telah berlalu dan lahir kembali pada setiap momen baru?

Dapatkan Anda mengisi setiap momen yang baru dengan keyakinan, kegembiraan, dan semangat?

Bagi umat Buddha, berlindung kepada Tiga Pertama tampak seperti sesuatu yang sudah terlalu lazim. Oleh karenanya, banyak orang tidak acuh terhadap latihan ini dan tidak cukup menghargainya.

Pada kenyataannya, praktik berlindung bukan hanya suatu prosedur, dan terutama bukan sesuatu yang dapat dicapai melalui suatu upacara; melainkan suatu bentuk latihan yang penting.

Kita bahkan bisa mengatakan bahwa praktik berlindung meliputi seluruh latihan kita untuk mencapai Kebuddhaan. Jika kita tidak mampu mengenali sifat inti dan arti penting dari Tiga Permata, maka meskipun kita mengikuti upacara perlindungan, kita tetap tidak akan dapat terhindar dari situasi sulit.

Hampir semua orang berjuang untuk mencapai kekayaan materi tetapi tidak tahu tujuannya. Orang mungkin memiliki pendapat yang berbeda-beda. Namun menurut pandangan Buddhis, hanya ada dua tujuan.

Salah satu tujuannya adalah menggunakan kekayaan untuk kebahagiaan pribadi, untuk kehidupan yang nyaman. Hal ini untuk memuaskan mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran.

Tujuan yang lain adalah memberi. Hal ini untuk kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Memberi kepada anggota keluarga, saudara, teman, dan orang miskin.

Buku ini terdiri dari kumpulan pertanyaan dan jawaban tentang ritual Buddhis dan banyak lagi.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan selama Simposium Ritual Buddhis, yang diselenggarakan oleh dan diadakan di Poh Ming Tse Temple (PMT), Singapura pada tanggal 25 Agustus 2012.

Jawaban diberikan oleh empat pembicara yang berasal dari tiga tradisi Buddhis, yaitu Therawada, Mahayana Tiongkok, dan Mahayana Tibet. Karenanya, buku ini memuat jawaban yang sangat berharga dari sudut pandang tiga tradisi.

Kegiatan ritual Buddhis mempunyai pengertian yang luas dan pengertian yang sempit. Dalam buku kecil ini, Master Sheng Yen (pendiri Dharma Drum Mountain) lebih banyak menjelaskan kegiatan ritual Buddhis dalam pengertian yang sempit, antara lain tentang: Apa yang harus dilakukan pada saat menghadapi kematian? Apa gunanya mendaras Sutra? Untuk apa Pai Chan (ksamayati, pertobatan)? Untuk apa Fang Yen Khou (menolong hantu kelaparan)?

Buku kecil ini hendaknya dibaca secara tuntas dengan teliti, sehingga Anda benar-benar dapat mengetahui makna dan manfaat yang sesungguhnya dari melakukan kegiatan ritual Buddhis.

Anda juga dapat membantu penyebaran buku-buku Dharma dengan berdana melalui rekening:
BCA KCP Cideng Barat
No. 397 301 9828
an. Yayasan Triyanavardhana Indonesia

Download “Mengapa Melakukan Kegiatan Ritual Buddhis” Buku-Mengapa-Melakukan-Kegiatan-Ritual-Buddhis-ebook.pdf – Downloaded 102 times – 615 KB

Buku Pelajaran Sekolah Minggu ini terutama menyediakan sarana untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi pada anak-anak, serta orang tua. Teknik komunikasi, seperti bercerita, mendengarkan, dan menyela dengan lembut, dan bertanya, diajarkan dengan cara yang sederhana dan menarik.

Terdapat juga cerita dari banyak negara yang dikumpulkan untuk anak-anak berbagai usia. Penulis juga menyediakan koleksi pertanyaan yang bisa dipakai untuk memancing pembicaraan dengan anak-anak tentang Buddha Dharma.

Apa yang dikatakan Ajahn Chah tentang Sutra Altar dari Patriark ke-6 Hui Neng?

Kebijaksanaan Hui Neng sangat tajam. Sutra Altar adalah pengajaran yang sangat mendalam, tidak mudah dipahami oleh pemula. Namun jika Anda berlatih dengan disiplin kami dan dengan kesabaran, jika Anda berlatih tidak melekat, pada akhirnya Anda akan mengerti.

Jika Anda menjalani kehidupan yang baik dan hidup sederhana, jika Anda sabar dan tidak mementingkan diri sendiri, Anda akan memahami kebijaksanaan Hui Neng.

Anda juga dapat membantu penyebaran buku-buku Dharma dengan berdana melalui rekening:
BCA KCP Cideng Barat
No. 397 301 9828
an. Yayasan Triyanavardhana Indonesia

 

Showing 1–12 of 55 results

Shopping cart
Open chat
Hi Ada yang Bisa Kami Bantu