Rusa Emas (Burma)
-
By
admin
- June 4, 2022
- Aneka Cerita dari Dunia Timur

Di dalam sebuah hutan hiduplah seekor rusa emas. Rusa emas itu adalah makhluk sakti. Bukan saja bulunya kuning berkilau-kilauan bagaikan emas tetapi juga ia bisa menciptakan uang logam emas. Jika ia menghentakkan kaki emasnya ke bumi, muncul sekeping uang emas. Rusa itu adalah raja dari segala binatang di hutan itu.
Berita mengenai rusa emas itu terdengar oleh raja. Raja itu tamak sekali. Ia memerintahkan prajuritnya memburu rusa emas. Setelah berhari-hari mereka menjelajah hutan belantara, akhirnya bertemu juga mereka dengan rusa emas. Tetapi rusa emas yang telah waspada segera melarikan diri. Rusa itu bertemu dengan seorang gembala sapi. “Duhai gembala,” kata rusa emas. “Raja ingin menangkap saya. Serombongan prajuritnya sedang mengejar saya. Apabila mereka tiba di sini, tolonglah jangan kau katakan kepadanya bahwa engkau melihat aku.”
“Baiklah sahabatku,” jawab gembala sapi itu. “Di sana terdapat sebuah gua. Bersembunyilah di dalamnya dan engkau akan selamat.” Rusa emas itu mengikuti petunjuk gembala itu.
Ketika rombongan prajurit itu tiba, mereka bertanya kepada si gembala sapi, “Tidakkah kau lihat seekor rusa emas lari melalui jalan ini?”
“Oh, iya,” jawab gembala sapi. “Aku melihatnya. Baru saja ia lari ke belukar di depan itu.”
Prajurit-prajurit itu percaya kepadanya dan mereka memburu ke jurusan itu. Tidak lama kemudian gembala sapi itu memanggil rusa emas, “Sahabatku, engkau dapat pergi sekarang. Rombongan pemburu itu telah pergi ke arah belukar di sana.”
“Gembala yang baik,” kata rusa emas itu. “Jika pada suatu ketika engkau mengalami kesulitan, carilah aku dan aku pun akan menolongmu. Sekarang aku ingin memberikan kepadamu beberapa keping emas sebagai hadiah.”
Kemudian rusa emas itu menghentakkan kuku kakinya beberapa kali dan muncul setumpuk uang logam.
Setelah gagal mencari, rombongan prajurit itu pulang mengikuti jejak jalannya semula. Mereka sempat melihat tumpukkan uang logam itu. Maka tahulah mereka bahwa gembala sapi telah menipunya. Gembala itu ditangkap, dibawa menghadap raja.
“Para prajurit melaporkan bahwa engkau tahu bagaimana caranya menemukan rusa emas. Engkau harus menangkap rusa itu dan menyerahkannya kepadaku dalam tujuh hari, atau engkau akan dijatuhi hukuman mati.” Demikian raja itu berkata kepada gembala sapi. Gembala itu terpaksa mentaati perintah raja. Ia meninggalkan istana dengan wajah penuh duka.
Gembala sapi itu mulai menjelajah hutan dan bukit mencari sahabatnya. Akhirnya ia tiba di sebuah sungai. Ia bertemu dengan seekor ular.
“Gembala,” kata ular itu. “Mengapa engkau kemari?”
“Aku menerima perintah rajaku untuk menjemput rusa emas,” jawab gembala itu.
“Gembala, sekali lagi ular itu berkata, “Rusa emas adalah raja kami. Jikalau raja manusia mengutusmu, ia tentu mempunyai maksud baik. Aku mempunyai sebuah perahu. Pergunakanlah perahu itu untuk menyeberangi sungai.”
Gembala itu berterima kasih kepada ular itu dan mulai menyeberangi sungai.
Di seberang sungai ia bertemu dengan seekor harimau.
“Gembala,” harimau itu berseru, “Mengapa engkau kemari?
“Aku menerima perintah raja untuk menjemput rusa emas,” jawab gembala itu. “Aku tidak berniat mengganggumu.”
“Gembala,” kata harimau itu. “Aku adalah pengawal rajaku. Akan aku antarkan engkau menemuinya.”
Harimau itu mengantarkan si gembala sampai bertemu dengan rusa emas. Rusa emas amat senang melihat gembala itu, dan menanyakan apa maksud kedatangan dia.
“Aku harus membawamu menghadap rajaku dalam waktu tujuh hari. Atau kalau tidak, aku akan dihukum mati.” Dengan sedih gembala itu menceritakan nasibnya.
“Sahabat, engkau telah menyelamatkan jiwaku,” kata rusa emas. “Kini tibalah saatnya aku pun menyelamatkan jiwamu. Mari kita pergi menemui rajamu.”
Maka pergilah mereka menuju istana raja. Raja memerintahkan rusa emas itu untuk membuat uang emas sebanyak-banyaknya.
“Baiklah Yang Mulia,” kata rusa emas itu. “Dengan perkenanmu aku akan menganugerahkan emas yang cukup banyak untuk rakyat jelata yang miskin.”
“Tidak Rusa Emas,” kata sang raja. “Semua uang emas itu hanya untukkku.”
Rusa emas berusaha untuk menyadarkan raja, bahwa sifat tamak tidak akan membawa kebahagiaan. Tetapi raja menjadi marah dan memaksanya dengan pedang terhunus. Maka dengan terpaksa rusa emas mentaati perintah raja. Katanya kembali, “Apabila Baginda menghendakinya juga, tentu akan aku penuhi. Tetapi Baginda harus berjanji tidak akan meminta kepadaku untuk berhenti membuat uang emas.”
“Bagus, sekalipun timbunan uang emas sudah setinggi gunung, aku ingin membuatnya terus.”
“Nah jikalau Baginda melanggar janji ini, semua uang emas itu akan berubah menjadi lumpur.”
Kemudian rusa emas mulai menghentakkan kuku kakinya. Berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu uang logam dihasilkannya. Akhirnya tidak terhitung lagi. Dari kaki sampai tubuh, lalu leher raja tertimbun uang emas itu. Raja menjadi ketakutan.
“Berhenti!” teriak raja. “Aku akan terkubur hidup-hidup bila engkau masih meneruskannya.
Rusa emas menghentikan hentakan kakinya. Tetapi seketika itu timbunan uang logam berubah menjadi lumpur. Dan raja bermandikan lumpur itu. Raja yang tamak merasa amat kecewa dan jengkel melihat peristiwa itu. Sedemikian sedihnya, sehingga akhirnya ia meninggal.
Lalu rakyat memilih raja baru. Gembala sapi yang jujur dan sederhana itu terpilih menjadi raja. Dan rusa emas memberikan hadiah uang logam yang berlimpah. Negara itu menjadi kaya dengan emas. Tetapi sebelum pergi, rusa emas itu mengajarkan, “Harta apa pun juga yang terdapat di dunia dan surga, tiada satu pun yang menyamai Tiga Permata Buddha.”